BSIP Aceh Diskusikan Fenomena Elnino dengan Pemda
Fenomena Elnino kini menjadi momok menakutkan bagi pelaku pertanian. Pemerintah daerah diminta untuk mengambilkan tindakan strategis dalam menghadapi kondisi tersebut yang menyebabkan kekeringan ekstrim.
Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) telah mengingatkan kita semua bahwa Indonesia termasuk diantara negara yang menjadi ancaman terhadap fenomena elnino. FAO menjelaskan dalam tiga bulan ke depan (Juli-September) merupakan puncak dari elnino yang mengakibatkan kekeringan ekstrim dengan suhu diluar kondisi normal.
Menyahuti isu ini, Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Aceh melakukan diskusi dengan pemerintah daerah (Pemda) Bireuen melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk mencari solusi bagi petani menghadapi persoalan kekeringan ekstrim tersebut. Kegiatan diskusi dilakukan di ruang Aula Dinas Pertanian pada Jumat (21/7).
Diskusi itu dihadiri langsung Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bireuen Irwan, S.P., M.Si didamping para kepala bidang (Kabid) dan kepala seksi bidang (Kasi) serta beberapa staf. Turut hadir Koordinator Program dan Evaluasi BSIP Aceh Husaini Yusuf, S.P., M.Si bersama Penyuluh senior Ir. M. Ferizal, M.Sc dan fungsional PMHP serta Penyuluh.
Dalam diskusi berkembang, bahwa fenomena elnino masih menjadi hal baru bagi petugas lapangan (PPL) dan petani. “isu elnino ini ditingkat daerah masih sangat awam dan hal baru bagi petani” sebut Kadis Irwan.
Ia menambahkan meskipun sebenarnya petani secara sadar sudah merasakan dampak elnino dengan terjadinya kekeringan ekstrim dalam beberapa bulan terakhir.
“Banyak petani mengeluh kekeringan yang mereka alami. Tanaman kedelai hangus akibat kekeringan dan juga jadwal tanam sudah bergeser bahkan pola tanampun sudah berubah di beberapa tempat” beber Kabid Penyuluhan Nasriati
BSIP menawarkan beberapa solusi dan strategi mitigasi dan adaptasi menghadapi fenomena tersebut, antara dengan melakukan pergeseran jadwal tanam, mengganti komoditas dan menggunakan varietas yang adaptif toleran kekeringan. Hal ini disebutkan Husaini dalam pertemuan tersebut.
Pada kesempatan yang sama Ferizal yang juga kepala BPTP Aceh periode lalu, menyebutkan pentingnya strategi adaptasi bagi petani sehingga tetap menghasilkan kendati dalam kondisi ancaman kekeringan, contohnya dengan mengganti varietas dan pola tanam harus diatur (HY).